Jumat, 03 Februari 2017

MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM



MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM

MAKALAH


Ditujukan guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pedagogik


Dosen Pengampu: Nurjaman, M.Pd.


index.jpg


Disusun Oleh Kelompok 3 Semester 6 kelas SD14.A3

Agustin Eliyana                     (140641101)
Desy Retno Juardini             (140641091)
Muhamad Husen                   (140641102)

Kelas SD14.A3





PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2016
KATA PENGANTAR

Pujidansyukurpenulispanjatkanke-hadiratillahi rabbi yang dengansegalanikmat-Nya lahpenulisdapatmenyelesaikanlaporanini.SholawatsertasalamsemogatercurahkepadaNabi Muhammad SAW besertakeluarganya, sahabatnya, danumatnyahinggaakhirzaman.
Penyusunanmakalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahPedagogik. Makalahini berjudul “ManusiaSebagai Animal Educandum” yang didalamnya membahas tentang “persamaandanperbedaanmanusiadenganhewan, manusiasebagaimakhluk yang dapatdididik, danfaktor-faktor yang mempengaruhiperkembanganmanusia”.
Terima kasih penyusun sampaikan kepada:
1.      Nurjaman,M.Pdselaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Pedagogik.
2.      Teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.



Cirebon, Januari2017

Penulis
 
 















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................          i
DAFTAR ISI .............................................................................................          ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................          1
A.    Latar Belakang ................................................................................          1
B.     Rumusan Masalah ...........................................................................          2
C.     Tujuan Penulisan .............................................................................          2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................          3
A.    PersamaandanPerbedaanManusiadanHewan.................................           3
B.     ManusiasebagaiMakhluk yang Dapatrdididik..................................         6
C.     Faktor-Faktor yang MempengaruhiPerkembangan
Manusia...........................................................................................           9
BAB III PENUTUP ..................................................................................          11
A.    Kesimpulan .....................................................................................          11
B.     Saran ...............................................................................................          12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................          13














BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kecerdasan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan juga adalah satu usaha mengatur pengetahuan untuk menambahkan lagi pengetahuan yang semula tidak tahu  menjadi tahu. Dalam proses tidaktahumenjaditahutersebutmanusiamengalamisebuahrangkaian proses pembel    ajaran.
Manusia sejak lahir telah dibekali dengan sejumlah potensi. Potensi adalah kemampuan, kesanggupan, daya yang menjadi modal bagi manusia tersebut agar kelak siap mandiri dalam menjalani kehidupan di lingkungan di mana dia berada. Anak manusia dalam hal ini adalah manusia yang belum dewasa sehingga potensi yang ada pada diri anak ibarat bahan baku (raw material) yang belum siap pakai. Untuk menjadi barang siap pakai (manufacture), maka dalam proses menjadi potensi tersebut membutuhkan sebuah penanganan dan bantuan oleh orang dewasa.
Anak manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang dapat dididik (animal educabile), makhluk yang harus dididik (animal educandum) dan makhluk yang dapat mendidik (homo enducandum).
Olehkarenaitu, kami disiniakanberusahamengkajitentanghal-halmengenaikedudukanmanusiasebagaimahlukpendidikan terutama dalam hal Manusia sebagai makhluk yang harus dididik (Animal Educandum).


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.         Apa saja perbedaan dan persamaan antara manusia dengan
       hewan?
2.         Mengapa manusia perlu di didik sebagai animal educandum?
3.         Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya adalah untuk mengetahui:
1.         Perbedaan dan kesamaan antara manusia dengan hewan
2.         Alasan manusia perlu di didik sebagai animal educandum
3.         Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Hewan
Pada dasarnya, hewan berperilaku hanyalah berdasarkan atas insting atau nalurinya. Hewan tidak dapat membedakan perbuatan baik ataupun buruk, mana perbuatan bermoral maupun tidak bermoral. Hewan tidak memiliki hati nurani, tidak mampu memiliki nilai-nilai, tidak memiliki perasaan. Hewan tidak akan memiliki perasaan bagaimana pun manusia berusaha menyampaikannya pada hewan tersebut.
Beberapa ekor hewan mungkin dapat dilatih untuk mengenal tanda-tanda (signal-signal) tertentu, sehingga tanda-tanda tersebut dapat dikenali oleh hewan dengan hasil berupa gerakan-gerakan mereka. Namun, gerakan-gerakan tersebut hanyalah gerakan yang terjadi mekanis, secara otomatis saja. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa gerakan tersebut merupakan hasil berpikir dari hewan tersebut.
Hasil berpikir secara intelektual melibatkan simbol-simbol. Hewan dapat dilatih mengenal tanda-tanda melalui latihan secara terus-menerus, tetapi hewan tidak akan memahami simbol-simbol, seperti bahasa. Berbeda dengan manusia yang berkemampuan berkomunikasi melalui simbol-simbol.
Manusia dengan hewan memiliki beberapa persamaan dalam struktur fisik dan perilakunya. Secara fisik, manusia dan hewan, khususnya hewan menyusui dan bertulang belakang, memiliki perlengkapan prinsipal tidak terbatas perbedaan. 




Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku. Tetapi perilaku mana yang dapat terjangkau oleh pendidikan, karena hewan pun adalah makhluk yang berperilaku. Dalam hal ini, Prof. Khonstam (SikunPribadi 1984) mengemukakan beberapa jenis perilaku dari berbagai makhluk sebagai berikut:
1.      Anorganis
Anorganis adalah suatu gerakan yang terjadi pada benda-benda mati, tidak bernyawa. Gerakan ini ditentukan atau tergantung kepada hukum kausal (sebab-akibat). Manusia dilempar dari gedung bertingkat tiga misalnya, ia akan jatuh kebawah, sama halnya seperti kita melempar batu (benda mati). Hal ini terjadi karena adanya gaya tarik bumi.
2.      Organis/nabati
Organis adalah gerakan yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan. Manusia dan hewan sama-sama memiliki perilaku ini, manusia maupun hewan bernapas, tumbuhan juga bernapas. Dalam tubuh hewan dan tumbuhan terjadi peredaran zat-zat makanan, seperti halnya juga terjadi pada tumbuh-tunbuhan. Gerakan ini terjadi secara otomatis tidak perlu dipelajari. Setiap makhluk hidup dengan sendirinya memiliki gerakan nabati ini.
3.      Hewani
Perilaku ini lebih tinggi derajatnya dari perilaku nabati. Perilaku ini bersifat inspiratif (seperti insting lapar, insting seks, insting berkelahi), dapat diperbaiki sampai taraf tertentu, dan dapat memiliki kesadaran indera, di mana manusia dan hewan dapat mengamati lingkungan karena memiliki alat indera.




4.      Manusiawi
Manusiawi merupakan perilaku yang hanya terdapat pada manusia. Adapun perilaku ciri-ciri ini adalah:
a.    Manusia berkemampuan untuk menguasai hawa nafsu.
b.   Manusia memiliki kesadaran intelektual, ia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan manusia makhluk berbudaya.
c.    Manusia memiliki kesadaran diri, dapat menyadari sifat-sifat yang ada pada dirinya, manusia dapat mengadakan introspeksi.
d.   Manusia adalah makhluk sosial, membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-sama, berorganisasi dan bernegara.
e.    Manusia memiliki bahasa simbolis, baik tertulis maupun secara lisan.
f.    Manusia dapat menyadari nilai-nilai (etika maupun estetika) dan dapat berbuat sesuai nilai-nilai tersebut, dan memiliki kata hati.
Ciri-ciri tersebut diatas sama sekali tidak dimiliki oleh hewan, yang dengan ciri-ciri itu lah manusia dapat dididik, dapat memperbaiki perilakunya, dalam bentuk suatu pribadi yang utuh.
5.        Mutlak
Mutlak dimana manusia dapat berkomunikasi dengan sang Maha pencipta. Manusia dapat menghayati kehidupan beragama, yang merupakan nilai yang paling tinggi dalam kehidupan manusia.
Lapisan perilaku yang menjadi garapan pendidikan ialah lapisan manusiawi dan lapisan mutlak. Lapisan manusiawi sebagian besar menyangkut dimensi kejiwaan dan psikis, sedangkan lapisan mutlak menyangkut kehidupan spiritual.


Dimensi kejiwaan meliputi aspek kognitif, afektif atau emosional serta aspek psikomotoris, sehingga dalam hal ini, jelas bahwasanya hewan tidak dapat di didik dan tidak memungkinkan untuk menerima pendidikan, sehingga tidak mungkin dapat dilibatkan dalam proses pendidikan hewan hanya memiliki insting namun tidak memiliki akal. Hanya manusialah yang dapat dan memungkinkan menerima pendidikan, karena manusia memiliki dilengkapi dengan akal.
B.            Manusia adalah Makhluk yang dapat di Didik
Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri. ”Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan ”animal Educandum”  atau hewan yang perlu didik dan mendidik diri (M.J.Langeveld, 1980)
Penulis setuju dengan teori dari Immanuel Kant yang mengatakan bahwa manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan, karena hanya dengan pendidikanlah potensi manusia dapat berkembang dengan optimal. Dengan pendidikan, manusia dapat menjadi manusia yang utuh dan potensial.
Penulis setuju dengan M.J Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan “animal educandum” karena manusia adalah makhluk yang memiliki kemiripan dengan hewan, tetapi bedanya, manusia wajib untuk dididik karena lapisan manusiawi dan lapisan spiritual adalah hal yang sangat penting untuk dikembangkan.
N. Drijakarya S.J. (1986) menyatakan bahwa manusia mempunyai atau berupa dinamika (manusia sebagai dinamika), artinya manusia tidak pernah berhenti selalu dalam keaktifan, baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Dinamika mempunyai arah horizontal (ke arah sesama dan dunia) maupun kearah transedental (kearah Yang Mutlak).Karena itu dinamika manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat dididik. 
Penulis setuju dengan pendapat N.Drijakarya yang menyatakan bahwa manusia berupa dinamika yang selalu aktif, tidak pernah berhenti. Karena manusia memang selalu bergerak, baik berjalan, berlari, dan beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa.
Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.Ada 4 prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
1.         Prinsip Individualitas
Praktek pendidikan merupakan upaya membantu manusia (peserta didik) yang antara lain diarahkan agar ia mampu menjadi dirinya sendiri. Disisi lain, manusia (peserta didik) adalah individu yang memiliki dirinya sendiri (subyektivitas) bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri.
2.         Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi/komunikasi) antar sesama manusia (pendidik dan peserta didik). Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik. Dengan demikian Hakikat manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi huhungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas mengimplementasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
3.         Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem norma dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia, agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya. Dipihak lain, manusia berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan mana yang baik dan yang jahat. Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat di didik.
4.         Prinsip uniksitas
Setiap manusia bersifat unik dan tidak ada dua manusia yang identik (sama) dalam segalanya.
Beberapa asumsi yang memungkinkan manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu:
a.       Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Manusia begitu lahir ke dunia, perlu mendapatkan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya.
b.      Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan itu sendiri memerlukan proses yang panjang dan waktu yang lama. Dalam mengarungi kehidupan dewasa, manusia perlu dipersiapkan. Bekal tersebut dapat diperoleh dengan pendidikan.
c.       Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Oleh Sebab itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan perlu dididik.


C.        Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Anak manusia sejak dilahirkan berkembang terus hingga mati. Perkembangan anak manusia itu meliputi perkembangan fisik dan psikis, berlangsung secara teratur dan terarah menuju kedewasaannya. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, adalah sebagai berikut:
1.        Faktor Keturunan
Anakmemilikiwarisansifat-sifatbawaan yang berasaldarikedua orang tuanya, merupakanpotensitertentu yang sudahterbentukdansukar diubah.Menurut H.C. Witheringtondalam Abu Ahmadi (2001), hereditasadalah proses penurunansifat-sifatatauciri-ciritertentu, darisatugenerasikegenerasi lain denganperantaraanselbenih. Padadasarnya yang diturunkanituadalahstrukturtubuh, jadiapa yang diturunkan orang tuakepadaanak-anaknyaberdasarperpaduan gen-gen yang padaumumnyahanyamencakupsifatatauciri-ciriatausifat orang tua yang diperolehdarilingkunganatauhasilbelajardarilingkungan.
2.        Faktor Lingkungan
Lingkungandisekitarmanusiadapatdigolongkankepadaduajenis, yaitulingkunganbiotikdanlingkunganabiotik.Lingkunganabiotikadalahlingkunganmakhluktidakbernyawasepertibatu, air, hujan, tanahdanmusim.Itusemuadapatmempengaruhikehidupanmanusia.  Lingkunganbiotikadalahlingkunganmakhlukhidupbernyawaterdiridaritigajenisyaitulingkungannabati, lingkunganhewani, danlingkunganmanusia (sosial, budayadan spiritual).Lingkungansosialmeliputibentukhubungansikapatautingkahlakumanusia.Lingkunganbudayameliputiadatistiadat, bahasa, norma-normadanperaturan yang berlaku.Lingkungan spiritual meliputi agama dankeyakinan.


3.        Faktor Diri
                 Guru harusmemahamifaktordiri yang merupakanfaktorkejiwaankehidupanseoranganak. Faktor-faktorinidapatberupaemosi, motivasi, integrasi, sikapdansebagainya. Beberapa ciri perkembangan kejiwaan anak yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2001:220-221), yaitu sebagai berikut :
a.       Ciri Perkembangan Kejiwaan Anak Taman Kanak-Kanak
Ciri-ciri perkembangan anak usia TK yaitu:
                                                                 i.         Kemampuan melayani kebutuhan fisik secara sederhana telah mulai berubah. 
                                                               ii.         Mulai mengenal kehidupan sosial dan pola sosial yang berlaku dan dilakukannya. 
                                                             iii.         Menyadari dirinya berbeda dengan anak yang lainyang mempunyai keinginan dan perasaan tertentu. 
                                                             iv.         Masih tergantung dari orang lain, dan memerlukan perlindungan orang lain. Belum dapat membedakan antara yang nyata dan yang khayal.
b.      Ciri-ciri Perkembangan Kejiwaan Anak SD 
                                                                 i.         Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat. 
                                                               ii.         Kehidupan sosial diperkaya dengan kemampuan bekerja sama dan bersaing dalam kehidupan berkelompok. 
                                                             iii.         Mempunyai kemampuan memahami sebab akibat 
                                                             iv.         Dalam kegiatan – kegiatannya belum membedakan jenis kelamin, dan dasar yang digunakan adalah kemampuan dan pengalaman yang sama.
c.    Ciri-ciri Perkembangan kejiwaan Anak SMP 
                                                                 i.         Mulai mampu memahami hal-hal yang abstrak ( khayal) 
                                                               ii.         Mampu bertukar pendapat dengan orang lain 
                                                             iii.         Tumbuh minat memahami diri sendiri dan diri orang lain 
                                                             iv.         Tumbuh pengertian tentang konsep norma dan sosial 
                                                               v.         Mampu membuat keputusan sendiri 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manusia sejak lahir telah dibekali dengan sejumlah potensi. Potensi adalah kemampuan, kesanggupan, daya yang menjadi modal bagi manusia tersebut agar kelak siap mandiri dalam menjalani kehidupan di lingkungan di mana dia berada.
M.J. Langeveld yang memandang manusia sebagai “animal educandum” yang mengandung makna bahwa manusia merupakan mahkluk yang perlu atau harus dididik. Manusia merupakan makhluk yang perlu di didik, karena manusia pada saat dilahirkan kondisinya sangat tidak berdaya sama sekali. Seorang bayi yang baru dilahirkan, berada dalam kondisi yang sangat memerlukan bantuan, ia memiliki ketergantungan yang sangat besar. Padahal nanti kelak kemudian hari apabila ia telah dewasa akan mempunyai tugas yang besar yakni sebagai khalifah dimuka bumi. Kondisi seperti ini jelas sangat memerlukan bantuan dari orang yang ada disekitarnya. Bantuan yang diberikan itulah awal kegiatan pendidikan. Sesuai dengan tugas yang akan diembannya nanti dikemudian hari, dibalik ketidakberdayaan atau ketergantungan yang lebih dari binatang. Hanya kemampuan-kemampuan tersebut masih tersembunyi, masih merupakan potensi-potensi yang perlu dikembangkan. Disinilah perlunya pendidikan dalam rangka mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut, sehingga menjadi kemampuan nyata. Dengan bekal berbagai potensi itulah manusia dipandang sebagai mahkluk yang dapat di didik. Bertolak dari pandangan tersebut, secara implisit terlihat pula bahwa tidak mungkin manusia dipandang sebagai mahkluk yang harus di didik, apabila manusia bukan mahkluk yang dapat di didik.



B.     Saran
Manusia mempunyai potensi yang tidak dapat dimiliki makhluk lain yaitu akal. Oleh karena itu, kita harus terus belajar dan perlu pendidikan untuk mendewasakan diri. Karena tanpa pendidikan, manusia tidak dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Seperti pepatah mengatakan bahwa “carilah ilmu sampai ke negeri Cina”. Lalu sebagai calon guru, teruslah belajar bagaimana cara mendidik anak-anak, karena ditangan kita lah potensi mereka dapat berkembang.























DAFTAR PUSTAKA


Tim Dosen Pedagogy. 2016PengantarDidaktikYogyakarta: K-Media

Sadulloh, Uyoh dkk.2010.Pedagogik(ilmu mendidik). Bandung: Alfabeta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar